Terapi musik Pasien Dalam Demensia
Demensia terjadi pada beberapa orang karena alasan seperti ketidakteraturan metabolisme, kerusakan tengkorak atau dapat bahkan tumor di otak. Sebuah kerusakan di dalam tengkorak hasil penghancuran neuron di otak. Seperti jenis kerusakan menyebabkan kerusakan akut dalam perilaku kognitif beberapa orang seperti kecerdasan berkurang, ketidakseimbangan emosional dan perubahan kepribadian. Orang yang menderita demensia umumnya memiliki luas bagian otak yang terganggu yang menyebar di kedua belahan.
Orang gila tidak mungkin dapat merespon dengan baik untuk bahasa karena bahasa dirasakan oleh sebagian besar belahan otak kiri. Namun, mereka merespon dengan baik untuk musik karena unsur-unsur musik yang berbeda seperti melodi, ritme dan nada semua diproses di berbagai bagian otak manusia. Musik memiliki kekuatan untuk menembus di bagian otak yang sehat dan karenanya musik memainkan peran penting dalam mengobati pasien menderita dari demensia.
Sejak hasil demensia ke penurunan nilai memahami keterampilan seseorang, musik dengan penampilan non-verbal dapat sangat mudah menggantikan bahasa. Orang gila menemukan kesulitan untuk belajar bahasa tapi dia bisa sangat baik memahami konotasi musik seperti irama, melodi dan lapangan. Oleh karena itu, musik dapat digunakan sebagai stimulan untuk pasien tersebut untuk bereaksi dan terhubung ke negara sosial dan emosional. Musik dapat membantu dalam relaksasi otak yang sangat diperlukan untuk pasien ini karena mereka sering cenderung tetap bingung dan gelisah.
Artikel:
• Terapi Musik Penyakit Dan Mental
• Musik Terapi Untuk autism
• Terapi musik Pasien Dalam Demensia
• Masa Depan Dari Musik
http://www.scumdoctor.com/Indonesian/alternative-medicine/music-therapy/Music-Therapy-In-Dementia-Pa tients.htmlApa itu Musik Terapi?
-
Recent entries
- SENGAT LEBAH
- KOYO TEMPEL
- CHF
- 146
- TONSILEKTOMI
- TERAPI MUSIK PADA PASIEN DEMENSIA
- CHF
- SISTEM PERKEMIHAN ASKEP URETRITIS Disusun Oleh : Kelompok 1. Agus Siswantoro 2. Mashudin F. PRODI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN “INSAN CENDEKIA MEDIKA“ JOMBANG 2009/2010 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan nikmatnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “URETRITIS” ini dengan baik dan tepat waktu. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Makalah ini tidak akan mungkin selasai tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. B. Nita, S.Kep.Ns selaku dosen s.Perkemihan 2. Serta teman-teman kelas III A Dan berbagai pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Dengan segala kerendahan hati kami berharap makalah ini berguna dan bermanfaat bagi yang memerlukannya. Jombang, Desember 2010 Penulis DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB I PEMBAHASAN 1 A. Definisi 1 B. Etiologi 1 C. Klasifikasi 1 D. Manifestasi Klinis 3 E. Patofisiologi 3 F. Pemeriksaan Diagnostik 4 ASUHAN KEPERAWATAN 8 A. Pengkajian 8 B. Diagnosa Keperawatan 9 C. Intervensi 9 DAFTAR PUSTAKA 12 BAB I PEMBAHASAN 1.1 DEFINISI Uretritis adalah peradangan / inflamasi pada uretra atau suatu infeksi yang menyebar keatas / asending. 1.2 ETIOLOGI • Kuman Gonorrhoe (N.Gonorhoe) • Kuman Non-Gonorrhoe (Klamidia Trakomatik / Urea Plasma Urelytikum) • Tindakan invasif • Iritasi batu ginjal • Trihomonas vaginalis • Organisme gram negatif : – Escherichia coli – Entero bakteri – Pseudomonas – Klebsiella dan Proteus 1.3 KLASIFIKASI 1. Uretritis Akut Biasanya terjadi karena asending infeksi, atau sebaliknya oleh karena prostat mengalami infeksi. Keadaan ini sering diderita oleh kaum pria. # Tanda dan gejala : – Mukosa merah dan edema. – Terdapat cairan eksudat yang purulent. – Ada ulserasi pada uretra. – Ada rasa gatal yang menggelitik – Pada pria pembuluh darah kapiler melebar, kelenjar uretra tersumbat oleh kelompok nanah – Pada wanita jarang ditemukan uretritis akut, kecuali bila pasien menderita gonorhoe. # Pemeriksaan Diagnostik : Dilakukan pemeriksaan terhadap sekret uretra untuk mengetahui kuman penyebab. # Tindakan Pengobatan : a. Pemberian antibiotika b. Bila terjadi striktura, dilakukan dilatasi uretra dengan menggunakan bougie. # Komplikasi : 1. Prostatitis 2. Peri uretral abses yang dapat sembuh, kemudian menimbulkan striktura atau Fistul uretra. 2. Uretritis Kronis # Penyebab : – Pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut. – Prostatitis kronis. – Striktura uretra. # Tanda dan gejala : – Mukosa terlihat granuler dan merah – Getah uretra (+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum miksi pertama. # Prognosa : Bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter & ginjal. # Tindakan pengobatan : – Pemberian antibiotik – Banyak minum untuk melarutkan bakteri (+ 3000 cc/ hari). # Komplikasi : 1. Radang dapat menjalar ke prostate 2. Prostatitis Prostatitis bakterial akut terjadi dengan gejala-gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, nyeri di perineum atau obstruksi. Hasil pemeriksaan menunjukkan prostat yang membengkak dan lunak. Urinalisis biasanya menunjukkan piuria dan bakteriuria dengan hasil kultur uropatogen yang khas. 1.4 MANIFESTASI KLINIK UMUM 1. Mukosa memerah dan edema 2. Terdapat cairan exudat yang purulent 3. Ada ulserasi pada uretra 4. Adanya rasa gatal yang menggelitik 5. Adanya pus pada awal miksi 6. Nyeri pada saat miksi 7. Kesulitan untuk memulai miksi 8. Nyeri pada abdomen bagian bawah 1.5 PATOFISIOLOGI – Invasi kuman (gonorrhoe, trihomonas vaginalis gram negatif) uretritis – Iritasi (iritasi batu ginjal, iritasi karena tindakan invasif menyebabkan retak dan permukaan mukosa pintu masuknya kuman proses peradangan uretritis). Pada kebanyakan kasus organisme penyebab dapat mencapai kandung kemih melalui uretra. Infeksi ini sebagai sistitis, dapat terbatas di kandung kemih saja / dapat merambat ke atas melalui uretra ke ginjal. Organisme juga dapat sampai ke ginjal atau melalui darah / getah bening, tetapi ini jarang terjadi. Tekanan dari kandung kemih menyebabkan saluran kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sampai menyerang mukosa. Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih mengakibakan penimbunan cairan, bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal ini dapat menyebabkan atrofi hebat pada parenkim ginjal / hidronefrosis. Disamping itu obstruksi yan6g terjadi di bawah kandung kemih sering disertai refluk vesiko ureter dan infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah jaringa parut ginjal dan uretra, batu saluran kemih, neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan kongenital pada leher kandung kemih dan uretra serta penyempitan uretra. 1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK – Kultur urine : Mengidentifikasi organisme penyebab – Urine analisis/urinalisa : Memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel darah merah dengan keterlibatan ginjal – Darah lengkap – Sinar-X ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomali struktur nyata. – Pielogram intravena (IVP) : Mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur. ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas – Usia : Semua usia bisa terkena penyakit ini, biasanya lebih sering pada umur >45 thun. – Jenis kelamin : Perempuan lebih rentan terkena uretritis dibanding laki-laki. – Alamat/tempat tinggal : Tempat/daerah yeng sering terjadi/sebagai faktor resiko peyebaran, seperti daerah lokalisasi, daerah perairan, dsb. 2. Riwayat Penyakit – Riwayat penyakit sekarang : Masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dan panas pada daerah kelamin terutama pada saat berkemih, kadang juga disertai darah dan nanah. – Riwayat penyakit dahulu : Penyebab penyakit biasanya akibat dari penyakit DM, – Riwayat penyakit sekarang : Penyakit keluarga biasanya seperti : DM, 3. Observasi & Pemeriksaan Fisik 1. Observasi Tanda-tanda Vital – S : Suhu meningkat (biasanya antara 37,5-38,5 C) – N : Nadi meningkat (biasanya >100 x/mnt) – RR : Pernafasan normal (18-20 x/mnt) – TD : Tekanan darah normal (110/70-130/90 mmHg) 2. Pemeriksaan Fisik a). Pemeriksaan S.Pernafasan – Pernafasan pendek, karena menahan nyeri (nyeri daerah simpisis pubis) b). Pemeriksaan S.Kardiovaskuler – Tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler c). Pemeriksaan S.Persepsi-sensori – Tidak ada gangguan pada sistem persersi-sensori d). Pemeriksaan S.Muskulus – Tidak ada gangguan pada sisitem muskulus e). Pemeriksaan S.Pencernaan – Abdomen tegang dan nyeri tekan pada daerah simpisis pubis/perut bagian bawah. f). Pemeriksaan S.Perkemihan – Nyeri dan panas saat berkemih – Terjadi disuria, hematuria, & piuria – Mukosa memerah dan edema – Terdapat cairan eksudat yang purulent – Ada ulserasi pada uretra – Adanya rasa gatal yang menggelitik – Adanya pus pada awal miksi – Kesulitan untuk memulai miksi – Nyeri pada abdomen bagian bawah B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri b/d proses peradangan 2. Hipertermi b/d proses peradangan 3. Resiko infeksi b/d penyebaran patogen secara sistemik 4. Gangguan eliminasi urine b/d obstruksi/edema/proses peradangan pada saluran kemih. C. INTERVENSI 1. Dx : Nyeri b/d proses peradangan Tujuan : Rasa nyeri bisa berkurang / hilang Kriteria Hasil : 1. Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang 2. Tidak ada nyeri abdomen bawah / daerah simpisis pubis 3. Mukosa uretra tidak memerah / edema 4. Tidak ada nyeri saat berkemih 5. Ekspresi wajah tenang DS : Px biasanya mengeluh nyeri dan panas pada daerah kelamin terutama pada saat berkemih. DO : – Ekspresi wajah meringis, menahan nyeri – Px sering memegang kelamin, sering memegang perut bagian bawah & sering menggaruk-2 daerah kelamin Intervensi a). Mandiri : 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi & intensitas R/ : Untuk membantu mengevaluasi tempat obstruksi & penyebab nyeri 2. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan R/ : Meningkatkan relaksasi & menurunkan tegangan otot 3. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan R/ : Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri 4. Pantau pola berkemih secara berkala R/ : Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan / pengunduran gejala / penyakit. b). Kolaborasi : 1. Berikan analgetik sesuai kebutuhan & evaluasi keberhasilannya R/ : Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri 2. Dx : Hipertermi b/d Proses Peradangan Tujuan : Suhu tubuh normal (36,5-37,2 C) Kriteria Hasil : 1. Pasien bebas dari demam 2. Pasien mengatakan tubuh tidak terasa panas 3. Mukosa uretra tidak memerah / edema 4. Suhu tubuh dan nadi normal 5. Ekspresi wajah tenang/tidak menyeringai DS : Px biasanya mengeluh tubuh terasa panas DO : – Ekspresi wajah meringis/menyeringai – Suhu meningkat (biasanya antara 37,5-38,5 C) – Nadi meningkat (biasanya >100 x/mnt) Intervensi : 1. Kaji timbulnya demam R/ : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien 2. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, & pernafasan) R/ : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui kaeadaan umum pasien 3. Anjurkan pasien untuk banyak minum R/ : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak 4. Berikan kompres hangat R/ : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang dapat mempercepat penurunan suhu tubuh. 3. Dx : Resiko infeksi b/d penyebaran patogen secara sistemik Tujuan : Tidak ada tanda – tanda infeksi Kriteria Hasil : 1. Urine berwarna orange jernih / normal 2. Urine tidak mengandung / bercampur darah dan nanah DS : Px biasanya mengeluh waktu berkemih disertai darah dan nanah DO : – Adanya sekret / lendir / pus pada awal miksi – Mukosa merah dan edema pada uretra / saluran kemih – Urine berwarna merah Intervensi a). Mandiri : 1. Tingkatkan kebersihan yang baik pada pasien, keluarga dan tenaga kesehatan R/ : Menurunkan resiko kontaminasi silang 2. Awasi / pantau tanda-tanda vital R/ : Demam dengan peningkatan nadi dan pernafasan & tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui kaeadaan umum pasien 3. Dorong peningkatan pemasukan cairan R/ : Meningkatkan hidrasi untuk membilas bakteri 4. Berikan perawatan parineal R/ : Dapat mencegah kontaminasi uretra b). Kolaborasi : 1. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine (Tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan asam urine) R/ : Asam urine menghalangi, membunuh / mengurangi tumbuhnya kuman, peningkatan masukan sari buah dapat berpegaruh dalam pengobatan infeksi. 2. Berikan antibiotik sesuai kebutuhan & evaluasi keberhasilannya R/ : Dapat mencegah/mengurangi kolonisasi periuretra agar tidak terjadi kekambuhan infeksi. 4. Dx : Perubahan eliminasi urine b/d obstruksi / edema / proses peradangan pada saluran kemih Tujuan : Px dapat mempertahankan pola eliminasi urine / BAK secara adekuat Kriteria Hasil : 1. Klien dapat berkemih / BAK secara lancar 2. Klien tidak kesulitan saat berkemih 3. Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (seperti : disuria, piuria, & hematuria) DS : Px biasanya mengeluh kesulitan untuk memulai miksi / berkemih DO : – Mukosa merah dan edema pada uretra / saluran kemih Intervensi a). Mandiri : 1. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urine R/ : Memberikan dan mengetahui informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi 2. Dorong peningkatan pemasukan cairan R/ : Meningkatkan hidrasi untuk membilas bakteri b). Kolaburasi : 1. Awasi pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, keratinin) R/ : Pengawasan terhadap disfungsi ginjal DAFTAR PUSTAKA 1. Nursalam & B.B,Fransisca. 2009. Askep pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika. 2. E.Dongoes, Marilynn & Moorhouse, Mary Frances & C.Geissler, Alice. 1999. Rencana Askep Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3. Jakarta : EGC. 3. Http//www.geogle.com, Hari Senin jm 13.00 4. Http//www.geogle.com, Hari Kamis jm 11.00
- 136
- KETIKA TUMOR OTAK TELAH MENYERANG
-
Browse popular tags
-
Meta